Al Imam As Sayyid Muhammad Al Maliki adalah salah satu dari mereka yang dicintai oleh Allah SWT, diangkat kedudukannya di sisi-Nya dan disisi makhluk-Nya sehingga beliau dicintai oleh umat ini. Beliau adalah salah satu kekasih Allah (wali Allah) yang dengannya Allah merahmati dan menjaga umat ini.
Banyak diriwayatkan tentang karomah beliau terutama oleh orang-orang yang dekat dengan beliau atau melihatnya secara langsung.
Salah satu murid beliau dari Indonesia, istrinya hamil tetapi keguguran. Maka dia mengadukan hal tersebut kepada beliau. Kemudian beliau mengambil rida’nya (serban yang diletakkan di atas pundak) lalu memerintahkan murid tadi untuk mengikatkannya di perut istrinya. Setelah itu ternyata istrinya tidak pernah keguguran dan Alhamdulillah melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketika tiba musim haji, sebagaimana biasa rumah dan majlis beliau menjadi tempat berlabuhnya para jamaah haji. Di antara mereka ada yang datang memang menghadiri majlis ta’lim beliau, ada juga yang datang sekedar untuk mendapat keberkahan dengan memandang wajah beliau. Mereka yang datang dari berbagai penjuru dengan status masing-masing telah mendapat bagian dari majlis yang mulia itu.
Bahkan sudah menjadi maklum bahwa mereka yang datang ke tempat beliau akan mendapat hadiah tertentu, entah itu kitab atau bahkan uang.
Nah, ketika itu ada salah satu jamaah yang hadir melihat betapa banyak yang beliau keluarkan untuk menjamu dan menyenangkan para tamunya itu. Sehingga terbesit di hatinya, “Dari mana Sayyid Muhammad mendapatkan ini semua?”.
Tidak berapa lama beliau memanggil salah satu muridnyadan mengatakan kepadanya, “Katakan kepada oranh itu (sambil memberi isyarat kepada orang yang dimaksud), jangan bertanya darimana aku memdapatkan ini semua, tapi tanyakanlah sudah kemana aku keluarkan!”. Rupanya beliau mengetahui apa yang terbesit di hati orang tersebut.
Dan termasuk karomah beliau, setiap akan ziaroh ke kota Al madinah Al Munawwarah selalu dengan isyarah dari Nabi Muhammad SAW melalui mimpi beliau atau salah satu dari muridnya. Dan seringkali beliau berziaroh kepada Rasulullah SAW karena mendapat perintah atau isyarah dari Rasulullah SAW sendiri.
Demikian hal (keadaan) hamba yang dicintai oleh Rasulullah, beliau SAW senantiasa memperhatikan dan menjaganya.
Pernah ketika Abuya melawat ke Singapura beliau berniat akan berangkat ke indonesia. Maka beberapa murid beliau di Indonesia terutama yang di Jakarta sudah bersiap-siap di Bandara untuk menyambut kedatangan Ulama kharismatik tersebut. Memang kehadiran beliau di Indonesia sangat diharapkan oleh para pecintanya, setelah sekian lama beliau tidak berkunjung ke Indonesia.
Akan tetapi apa mau dikata secara tiba-tiba beliau membatalkan kunjungannya ke Indonesia dan langsung pulang ke Makkah. Ketika ditanya perihal itu, beliau menjawab bahwa beliau diperintah Sayyidah Aisyah (melalui mimpi) untuk langsung kembali ke Makkah Al Mukarramah.
Dan yang demikian ini tidak terjadi sekali dua kali tetapi
berkali-kali. Bisa dikatakan bahwa setiap akn melakukan safar beliau selalu beristikharah terlebih dahulu, menunggu adanya isyarah.
Suatu saat salah satu orang menyarankan agar di rumah beliau di gali sumur untuk kebutuhan air sehari-hari. Kemudian Abuya menyambut baik saran itu, lalu beliau memerintahkan salah satu muridnya untuk beristikharah agar di tentukan di bagian mana yang akan digali.
Setelah istikharah dan mendapat isyarah, si murid menunjuk salah satu tempat di halaman rumah beliau di Rushaifah tepatnya di pojok timus di samping pintu gerbang. “Insya Allah disini tempatnya”, kata si murid.
Maka dimulailah pengeboran sumur itu, Subhanallah apa yang di dapat oleh si murid dengan isyarah tadi memang kenyataan. Keluar air yang bersih dan deras sehingga sampai saat ini dipakai untuk kebutuhan sehari-hari keluarga dan murid-murid beliau. Padahal kita tahu kondisi tanah kota Makkah, tandus dan berpasir. Kadang-kadang untuk mengebor sumur mencapai kedalaman 100 meter lebih. Tetapi tidak dengan sumur di rumah beliau.
Ada satu karomah beliau yang dirasakan betul dengan nyata oleh salah seorang muridnya yang saat ini berdomisili di Malang.
Sekitar tahun 1998 si murid yang sudah berkeluarga ini datang kepada beliau untuk meminta nama anak pertama yang masih berada dikandungan istrinya.”Kamu ingin meminta nama?”,tanya Abuya.”Benar wahai Abuya”,jawab si murid.
Kemudian Abuya mengatakan,”Mana tangan kamu, kemari!”. Si murid memberikan tangannya kepada beliau lalu beliau memegang telunjuk si murid sambil berkata,”Pertama laki-laki Muhammad Anas”. Kemudian memegang jari tengah si murid,”Kedua Muhammad Alawi”. Lalu memegang jari manisnya,”Ketiga Abdullah”, kata Abuya.
Ketika memegang jari kelingking si murid beliau terdiam sejenak lalu berkata,”Insya Allah perempuan”.
Subhanallah, apa yang dikatakan oleh beliau semua terjadi tepat sesuai dengan yang beliau katakan. Anak pertama lahir laki-laki, diberi nama Muhammad Anas, kedua juga laki-laki, ketiga juga laki-laki dan yang keempat adalah perempuan. Padahal saat itu mereka semua belum lahir ke dunia ini. Maha suci Allah yang telah membuka hijab kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Diantara karomah beliau yang sangat jelas adalah dimana beliau berada, beliau akan dihormati & disanjung. Dalam pertemuan ulama dibelahan dunia islam atau majlis-majlis ilmu manapun kehadirannya selalu dibanggakan. Tak terkecuali dihadapan penguasa atau pemerintah.
Suatu ketika, di Makkah diadakan pertemuan para tokoh & ulama yang juga dihadiri oleh raja & para aparat penting pemerintahan. Mereka datang dari kota-kota Hijaz.
Raja Kerajaan Arab Saudi saat itu Raja Fahd bin Abdul Aziz tiba ditempat pertemuan & duduk diposisi terdepan dengan kursi khusus yang disiapkan. Disamping kanan kirinya adalah tokoh-tokoh & ulama terkemuka saat itu.
Tidak berselang lama, AsSayyid Muhammad AlMaliki dengan beberapa orang yang mengikutinya tiba ditempat. Begitu Raja melihat kehadiran beliau. Tampaklah kewibawaan beliau yang besar, maka Raja Fahd berdiri menyambut kedatangan Abuya. Otomatis ketika Raja berdiri. Maka semua orang yang ada ditempat itu, baik kalangan pemerintahan maupun ulama & tokoh ikut berdiri. Seakan-akan beliaulah yang ditunggu kehadirannya, padahal disana banyak ulama & tokoh terkemuka.
Kemudian Raja Fahd mempersilahkan Abuya duduk disampingnya, tentu dibarisan paling depan. Sekalipun tadi sepertinya semua kursi sudah terisi, tetapi untuk beliau selalu ada kursi kosong. Maka disiapkanlah kursi untuk tempat duduk beliau.
Siapa yang menjadikan Raja begitu hormat kepada beliau? Siapa yang menyuruh mereka berdiri menyambut kehadirannya & siapa yang menggerakkan hati mereka untuk cinta kepada beliau? Dialah Allah SWT Raja Diraja Yang Maha Kuasa.
Maka tidaklah berlebihan jika seorang bijak berkata,”Sebenar-benarnya raja di dunia ini adalah para ulama”. Memang demikianlah kenyataannya, ulama yang ilmunya barokah & manfaat pasti akan dihormati & dicintai dimanapun berada. Merekalah Auliya Allah, kekasih-kekasih Allah.
Dan daripada bukti ketinggian maqam beliau di sisi Allah & Rasul-Nya, AsSayyid Muhammad AlMaliki tergolong salah satu hamba yang mendapat i’tina’ khasshah (perhatian istimewa) dari Baginda Nabi Muhammad SAW dalam segala gerak-gerik & kehidupan beliau, sekalipun pada hal-hal yang sepele atau kecil.
Maqam seperti ini bukanlah sembarang maqam, sebab hanya hamba-hamba pilihan Allah-lah yang mendapatkannya, seperti AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad.
Hal ini tampak jelas pada akhir hayat beliau, dimana beliau tidak memotong rambut & tidak memacari jenggotnya. Guru kami AlUstadz AlHabib Sholeh bin Ahmad AlAydrus ketika melaksanakan ibadah haji pada tahun 1424 H dengan beberapa murid-murid Abuya lainnya datang untuk menziarahi beliau.
Lalu Ustadz Sholeh bertanya kepada Abuya kenapa beliau tidak memacari jenggotnya. Abuya diam tidak menjawab. Ditanya kedua kalinya, beliau tetap diam dan ketika ditanya ketiga kali, beliau berkata,”Rasulullah SAW melarangku”.
Maksudnya, Rasulullah melarang beliau untuk memacari jenggot beliau agar tampak ubannya, yang memberi isyarat bahwa manusia itu akan tua & sebentar lagi akan menghadap Allah SWT. Siapapun & bagaimanapun kedudukannya akan menghadapi kematian. Rupanya itu adalah pertanda dekatnya ajal beliau.
Karena memang kenyataannya demikian, pertemuan beliau dengan murid-muridnya yang datang dari Indonesia waktu itu adalah pertemuan terakhir mereka di dunia dengan sang maha guru. Sembilan bulan setelah itu, tepatnya di bulbm Ramadhan 1425H beliau dipanggil ke hadirat Allah SWT.
Apa yang terjadi kepada beliau ini mengingatkan kita kepada AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad. Dimana di akhir hayat beliau, beliau memanjangkan rambutnya, tidak memotongnya, ketika ditanya alasannya, beliau mengatakan bahwa yang beliau lakukan itu karena perintah Rasulullah SAW.
Bahkan daripada karomah dan ketinggian maqam Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki, beliau sudah mencapai maqam bertemu Rasulullah secara yaqadhah (terjaga bukan mimpi) sebagaimana yang di ketahui oleh beberapa murid beliau.
Pernah di kisahkan, ketika Abuya sedang berada di Madinah, salah satu murid beliau mendapat tugas melayani kebutuhan Abuya, antara lain sarapan pagi yang biasanya berupa telor goreng mata sapi, roti, keju, susu segar, dan lain-lain.
Antara kamar pribadi Abuya yang sekaligus berfungsi sebagai kantor dan dengan dapur pribadi beliau, hanya dibatasi oleh lorong kecil. Artinya, setiap orang yang berada di dapur lantas akan masuk ke kamar Abuya, pasti melewati lorong kecil itu.
Tatkala di tangan murid itu sudah tersedia talam berisi peralatan dan menu sarapan pagi Abuya, dan sudah berada di lorong kecil, tiba-tiba teman seniornya mencegah langkahnya, agar tidak masuk ke kamar Abuya terlebih dahulu, namun di minta untuk ikut mendengarkan secara seksama.
Dengan penuh penasaran, murid tadi ikut memperhatikan ajakan teman seniornya tersebut, ternyata terdengar suara tangis lirih Abuya namun cukup jelas dari dalam kamar itu. Karena itulah mereka berdua tidak berani masuk kamar sebelum dipanggil oleh Abuya.
Selang sepuluh menit berikutnya, tiba-tiba Abuya memanggil dengan suara yang agak parau: “Aulaad, fieen futhuur..?” (Anak-anak, mana sarapannya). Kemudian masuklah mereka berdua, dengan membawa barang yang menjadi tugasnya masing-masing.
Setelah mereka berdua duduk di depan Abuya untuk menata menu sarapan dan keperluan lainnya, maka Abuya bertanya: “Tahukah kalian apa yang baru saja aku alami?” Murid senior itupun menjawab: “Tidak tahu wahai Abuya”.
Abuya berkata: “Wahai anak-anakku, baru saja aku ditemui oleh Rasulullah SAW secara langsung..!”.
Dan daripada karomah Abuya Al Imam As Sayyid Muhammad Al Maliki, banyak murid dan pecinta beliau yang bermimpi Rasulullah ternyata melihat sosok Rasulullah nyaris sama dengan sosok Abuya Al Maliki. Inilah bukti nyata adanya I’tina’ khasshah (perhatian khusus) dari Rasulullah SAW untuk beliau.
Seperti di kisahkan oleh salah satu murid beliau yang baru datang dari Indonesia. Murid baru itu dengan teman-temannya di tempatkan di ‘Utaibiyyah, Makkah. Setelah satu bulan mereka di pindah oleh Abuya ke Madinah.
Ketika tiba di kota Madinah, sebelum berziarah kepada Rasulullah, mereka menempati syuqqah Babul ‘awali hingga esok hari. Di malam hari, murid yang baru itu bermimpi. Dalam mimpinya dia bersama
teman-temannya pergi berziarah ke makam Rasulullah SAW.
Sesampainya di depan makam, ternyata sudah banyak orang-orang yang menanti dan mengitari makam tersebut, seakan-akan mereka menunggu seseorang yang akan keluar dari dalam makam. Murid itu pun ikut serta bergerombol bersama mereka, tiba-tiba dari arah belakang terjadi keributan kecil, dan orang-orang semua melongokkan kepala untuk menyaksikan apa yang terjadi.
Ternyata di sana telah berdiri seseorang yang sosoknya nyaris sama dengan Abuya, As Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, sosok itu dikitari kerumunan orang, yang berteriak-teriak ramah lantaran
memanggil-manggil, “Rasulullah…Rasulullah…Rasulullah…”, entah mengapa, seketika itu juga si murid meyakini bahwa yang datang tiada lain adalah perawakan Abuya, dengan segala bentuk pakaian yang biasa melekat pada diri Abuya. Secara spontan pula murid itu mendekati dan merangkul Rasulullah SAW.
Terjaga dari tidur, dia duduk termenung memikirkan apa yang baru saja di alaminya dalam mimpi yang relative singkat itu, dan dia tidak berani bercerita kepada siapapun, sebab takut salah. Hanya saja mimpi itu terus terbayang dalam benaknya, hingga pada suatu saat dia bertanya kepada salah seorang teman seniornya, apakah ada di antara murid-murid Abuya yang pernah mimpi bertemu Rasulullah SAW?
Pada akhirnya dia mendapat keterangan, ternyata banyak juga yang mengalaminya, dan di antara mereka yang mengalami itu mengatakan bahwa sosok Rasulullah SAW yang sering muncul dalam mimpi mereka, adalah nyaris sama dengan sosok Abuya As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.
Sebelum beliau wafat, berpulang ke Rahmat Allah, beliau berdoa tiga hal, yaitu: ingin meninggal diantara murid-murid dan kitab-kitabnya, yang menyolati di Masjidil Haram adalah imam yang cinta kepada beliau bukan yang benci atau memusuhinya dan meminta agar jenazahnya sebelum dikebumikan di Ma’la bisa masuk di makam Sayyidatuna Khadijah (Istri Baginda Rasulullah SAW).
Dan pada kenyataannya semua yang beliau harapkan itu diwujudkan oleh Allah SWT. Demikianlah salah satu bukti kecintaan Allah kepada beliau.
Walaupun sempat masuk Rumah Sakit karena sakit yang datang tiba-tiba, tetapi ketika akan wafat beliau meminta agar di bawa pulang dan akhirnya beliau wafat di antara murid-murid dan kitab-kitabnya.
Ketika akan di shalati di Masjidil Haram, ketika itu imamnya kebetulan adalah orang yang tidak beliau sukai. Tetapi Subhanallah ketika jenazah di masukkan ke dalam masjid, si imam tadi seakan tidak bisa mengeluarkan suara, sehingga dia mundur dan di gantikan oleh iman lain yaitu Syeikh Muhammad Abdullah Subayyil, seorang Imam yang dekat dan cinta dengan beliau.
Ketika puluhan ribu manusia mengiringi kepergiannya, keranda di usung dari Masjidil Haram menuju komplek pemakaman Ma’la. Lautan manusia meliputi jalan-jalan saat itu bergema tahlil dan dzikir. Subhanallah ketika dekat dengan makam Sayyidatuna Khadijah tiba-tiba entah bagaimana, pintu yang menutup makam Sayyidatuna Khadijah terbuka sehingga jenazah beliau dapat memasukinya, baru kemudian di keluarkan kembali untuk di bawa ke Ma’la.
Beliau adalah seorang yang kasyaf artinya Allah membuka untuk beliau sesuatu yang tertutup untuk orang lain, sehingga sesuatu itu begitu tampak jelas bagi beliau bahkan perbuatan manusia pun tampak di hadapannya. Hal ini kurang beliau sukai sehingga seringkali beliau meminta kepada Allah agar menghilangkan kasyaf tersebut.
Beliau pernah berkata kepada guru kami, Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus, “Wahai Sholeh sesungguhnya perumpamaan maqam kasyaf dan jadzab di bandingkan dengan maqam yang di atasnya seperti anak perempuan kecil yang senang dengan bonekanya. Dia akan merasa cukup dengan boneka itu daripada sesuatu yang lebih berharga dan lebih mahal.”
Tetapi sesungguhnya karomah beliau yang besar justru terdapat pada keistiqomahan beliau dalam beribadah, berdakwah, mengajar dan melayani umat ini. Cukup menunjukkan kebesaran beliau dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah menjadikan ilmu beliau manfaat, barokah dan murid-muridnya menyebar ke seluruh penjuru menjadi ahli dakwah, ulama dan penyambung lidah Rasulullah SAW.
Demikian pula dengan karya-karya beliau yang terus akan di manfaatkan dan di ambil hikmahnya oleh manusia sepeninggal beliau. Banyak para Auliya’ justru karomah mereka tampak pada karya-karya tulisnya seperti Imam An Nawawi dan juga tampak pada keberkahan wirid-wirid yang di susunnya seperti Imam Abul Hasan Asy Syadzili.
Beliau memang sudah meninggalkan dunia yang fana ini tetapi tetap hidup di hati para pecintanya. Bahkan para Ulama dan Auliya mereka tidaklah mati begitu saja, mereka tetaq hidup di sisi Allah dan tetap memperoleh rizki. Ruh mereka bebas berjalan kemana mereka inginkan sama ketika mereka masih hidup di dunia. Sebab ruh para kekasih Allah tidak di belenggu atau di ikat.
Bahkan hubungan beliau dengan murid-murid dan para pecintanya terus bersambung sekalipun sudah berpindah alam. Banyak di antara murid beliau yang bermimpi mendapatkan petunjuk dan arahan beliau. Ketika mereka mendapatkan suatu masalah, beliau datang dalam mimpi muridnya untuk membantu memberikan solusi. Demikianlah para Auliya yang tidak pernah putus mendapat rahmat Allah sekalipun sudah memasuki alam barzakh.
Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita bersama beliau dan para Auliya dalam keadaan ridha dan di ridhai oleh Allah SWT.
Aamiin.
Wassalamualaikum.wr.wb